Ketika Bumi Bergetar
Judul Buku :
Gempa Bumi
Penulis :
Beni S. Ambarjaya
Editor :
Yuldi
Penerbit :
Putra Setia
Tahun Terbit : 2008
Tebal
Buku : vi+106 halaman
Bumi
sebagai tempat kita hidup ternyata mengalami pergolakan dan pergeseran setiap
saat. Adanya gempa bumi dan gunung meletus menjadi bukti bahwa terjadi getaran
kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari dalam bumi. Indonesia sebagai
negara kepulauan, diapit oleh dua benua dan dua samudera, dan meropakan zona
pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan
lempeng Pasific. Indonesia dianggap sebagai zona yang paling rawan terjadi
gempa bumi. Sebagai bangsa Indonesia, hendaknya kita mengetahui mengapa terjadi
gempa bumi dan bagaimana mengantisipasinya agar dapat mengurangi risiko yang
lebih besar.
Isi
buku ini menunjukkan pentingnya mempelajari gempa bumi. Gempa bumi memang
hampir tidak pernah membunuh manusia secara langsung. Adanya korban jiwa maupun
kerugian materi biasanya merupakan hasil dari bangunan-bangunan yang runtuh.
Bagi negara maju yang sering dilanda gempa bumi seperti Jepang, saat ini mereka
mempunyai berbagai cara untuk mengantisipasi gempa bumi dengan menggunakan
teknologinya. Para insinyur dan perencana wilayah kota telah mengembangkan
proyek pembangunan perumahan, gedung-gedung, serta bangunan lainnya yang tahan
akan gempa. Selain itu, latihan evakuasi, terutama evakuasi diri adalah
pelajaran rutin di semua instansi, termasuk instansi pendidikan. Langkah ini
terbukti efektif mengurangi jumlah korban. Kita bisa melihat parahnya kerusakan
di Jepang setelah terjadi gempa bumi, tetapi jumlah korban jiwa tak separah
kerusakannya. Berbeda dengan Indonesia, gelombang tsunami yang terjadi di
Samudera Hindia yang diakibatkan gempa bumi pada tahun 2004 telah merenggut
lebih dari 150.000 nyawa warga Indonesia dan membuat jutaan lainnya kehilangan
tempat tinggal. Jadi, kita bisa belajar, mencontoh, dan meniru cara-cara yang
dipakai Jepang, atau setidaknya kita memperkaya wawasan dalam mengenal gempa
bumi, karena bencana gempa bumi bisa saja datang. Poin inilah yang menjadi
bidikan utama buku ini.
Kelebihan
ketika membaca buku ini adalah bahasa yang digunakan mudah dimengerti.
Penulisnya ketika memaparkan suatu hal, tidak berhenti pada deskripsi,
melainkan mampu menunjukkan contoh-contoh kejadian yang berkaitan dengan itu,
misalnya gelombang tsunami. Tsunami merupakan gelombang laut besar yang
disebabkan oleh gempa bumi di bawah permukaan laut. Contoh Tsunami yang
terbesar terjadi di Samudera Hindia pada tahun 2004. Penulis juga menyertakan
gambar-gambar berkaitan dengan itu, sehingga buku ini menjadi menarik untuk
dibaca. Buku ini juga dilengkapi dengan bagaimana tindakan kita saat terjadi
gempa bumi, serta data dan fakta gempa bumi yang terjadi dari tahun 1556-2006.
Kekurangan
buku ini adalah terdapat beberapa kalimat dan bahkan paragraf yang diulang di
bab yang berbeda, salah satunya adalah pada bab gempa vulkanik dan bab letusan
gunung api. Paragraf yang sama yaitu, gempa vulkanik merupakan tanda-tanda dari
aktivitas gunung berapi. Dari getaran inilah para pemantau gunung api dapat
mempelajari aktivitas gunung berapi. Oleh sebab itu, di gunung api aktif,
selalu ditempatkan pos yang memantau aktivitasnya. Di tempat itu dipasang alat
yang dapat memonitor aktivitas gunung api yang salah satunya dengan menghitung
getaran-getaran yang ditimbulkannya. Sebenarnya paragraf yang sudah ditulis di
bab sebelumnya tidak perlu diulang di bab lain, karena bisa membuat pembaca
merasa bosan.
Kehadiran
buku ini layak diapresiasi, apalagi untuk Indonesia, negara yang rawan gempa
bumi. Buku ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai gempa bumi
dan bagaimana tindakan untuk menghadapinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar