Minggu, 04 Agustus 2013

Resensi buku :D


Ketika Bumi Bergetar
Judul Buku       : Gempa Bumi
Penulis             : Beni S. Ambarjaya
Editor              : Yuldi
Penerbit           : Putra Setia
Tahun Terbit    : 2008
Tebal Buku      : vi+106 halaman
Bumi sebagai tempat kita hidup ternyata mengalami pergolakan dan pergeseran setiap saat. Adanya gempa bumi dan gunung meletus menjadi bukti bahwa terjadi getaran kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari dalam bumi. Indonesia sebagai negara kepulauan, diapit oleh dua benua dan dua samudera, dan meropakan zona pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan lempeng Pasific. Indonesia dianggap sebagai zona yang paling rawan terjadi gempa bumi. Sebagai bangsa Indonesia, hendaknya kita mengetahui mengapa terjadi gempa bumi dan bagaimana mengantisipasinya agar dapat mengurangi risiko yang lebih besar.
Isi buku ini menunjukkan pentingnya mempelajari gempa bumi. Gempa bumi memang hampir tidak pernah membunuh manusia secara langsung. Adanya korban jiwa maupun kerugian materi biasanya merupakan hasil dari bangunan-bangunan yang runtuh. Bagi negara maju yang sering dilanda gempa bumi seperti Jepang, saat ini mereka mempunyai berbagai cara untuk mengantisipasi gempa bumi dengan menggunakan teknologinya. Para insinyur dan perencana wilayah kota telah mengembangkan proyek pembangunan perumahan, gedung-gedung, serta bangunan lainnya yang tahan akan gempa. Selain itu, latihan evakuasi, terutama evakuasi diri adalah pelajaran rutin di semua instansi, termasuk instansi pendidikan. Langkah ini terbukti efektif mengurangi jumlah korban. Kita bisa melihat parahnya kerusakan di Jepang setelah terjadi gempa bumi, tetapi jumlah korban jiwa tak separah kerusakannya. Berbeda dengan Indonesia, gelombang tsunami yang terjadi di Samudera Hindia yang diakibatkan gempa bumi pada tahun 2004 telah merenggut lebih dari 150.000 nyawa warga Indonesia dan membuat jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal. Jadi, kita bisa belajar, mencontoh, dan meniru cara-cara yang dipakai Jepang, atau setidaknya kita memperkaya wawasan dalam mengenal gempa bumi, karena bencana gempa bumi bisa saja datang. Poin inilah yang menjadi bidikan utama buku ini.
Kelebihan ketika membaca buku ini adalah bahasa yang digunakan mudah dimengerti. Penulisnya ketika memaparkan suatu hal, tidak berhenti pada deskripsi, melainkan mampu menunjukkan contoh-contoh kejadian yang berkaitan dengan itu, misalnya gelombang tsunami. Tsunami merupakan gelombang laut besar yang disebabkan oleh gempa bumi di bawah permukaan laut. Contoh Tsunami yang terbesar terjadi di Samudera Hindia pada tahun 2004. Penulis juga menyertakan gambar-gambar berkaitan dengan itu, sehingga buku ini menjadi menarik untuk dibaca. Buku ini juga dilengkapi dengan bagaimana tindakan kita saat terjadi gempa bumi, serta data dan fakta gempa bumi yang terjadi dari tahun 1556-2006.
Kekurangan buku ini adalah terdapat beberapa kalimat dan bahkan paragraf yang diulang di bab yang berbeda, salah satunya adalah pada bab gempa vulkanik dan bab letusan gunung api. Paragraf yang sama yaitu, gempa vulkanik merupakan tanda-tanda dari aktivitas gunung berapi. Dari getaran inilah para pemantau gunung api dapat mempelajari aktivitas gunung berapi. Oleh sebab itu, di gunung api aktif, selalu ditempatkan pos yang memantau aktivitasnya. Di tempat itu dipasang alat yang dapat memonitor aktivitas gunung api yang salah satunya dengan menghitung getaran-getaran yang ditimbulkannya. Sebenarnya paragraf yang sudah ditulis di bab sebelumnya tidak perlu diulang di bab lain, karena bisa membuat pembaca merasa bosan.
Kehadiran buku ini layak diapresiasi, apalagi untuk Indonesia, negara yang rawan gempa bumi. Buku ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai gempa bumi dan bagaimana tindakan untuk menghadapinya.
                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar